Sabtu, 22 Oktober 2011

PERNIKAHAN YANG BERKAH


Sebuah kisah semoga memberikan inspirsi bagi yang membacanya
Teriakan kencang seorang wanita terdengar dalam sebuah pertengkaran, sementara sang pria hanya diam dan kadang mengeluarkan sedikit jawaban. Tapi tampaknya sedikit jawaban itu cukup ’nyelekit’ buat sang wanita hinga membuatnya melemparkan beberapa kaset tape yang ada didekatnya ke arah sang pria. Ada satu kaset yang tepat mengenai tubuhnya sementara beberapa kaset yang lain dengan tenang ditangkapi oleh pria itu satu per satu. Kemudian sambil menahan marah, sang pria sholat dhuha kemudian berkata ’ma, aku pergi dulu ke kantor. aku minta maaf dan aku sudah ridho denganmu. jangan lupa sholat dhuha juga ya’.
Malamnya saat pria itu pulang kantor dan memutuskan untuk tidur di kamar yang lainnya, demi menghindarkan bentrokan dengan istrinya, pria itu malah menemukan istrinya sudah berdandan cantik siap melakukan ’ritual minta ridho’ yang selalu dilakukan mereka tiap malam. Walau tetap dengan muka cemberut, mencium tangan sang pria dan berkata ’maafin mama ya, papa ridho dengan mama kan?’
Pernikahan mereka tepat tanggal 11 Juni 2008 ini akan berumur 30 tahun. Sang wanita memang masih kadang membuat masalah yang harus dibereskan oleh sang pria, tapi sang wanita itu juga masih selalu menjaga kehormatan sang pria, memanjakannya dan membantunya menaklukan dunia serta selalu membanggakan sang pria yang dianggapnya telah menyelamatkannya dengan membawanya ke jalanNYA. Walau kadang masih suka menggoda sang pria dengan menceritakan, betapa hebatnya pengaruh pesonanya terhadap sang pria dulu, sampai bisa membuat sang pria menolak perjodohan ayah sang pria dengan anak temannya yang sesama kyai di Blitar.
Sang pria juga masih kadang membalas menggoda sang wanita, dengan menceritakan betapa pendeknya rok sang wanita berikut sepatu but tinggi sepaha, sewaktu kuliah dulu di Unibraw. Dan menceritakan betapa kesalnya dengan sang wanita yang selalu terlambat datang, dengan muka tidak bersalah diantarkan dengan mobil jip tentara ayahnya sampai tepat ke depan pintu ruang praktikum, dimana sang pria menjadi asisten dosennya. Dengan bangga juga bercerita tentang keterpaksaan sang pria menurunkan standar nilai, sampai wanita itu bisa mendapatkan nilai A dan mahasiswa lainnya yang sekelas dengan wanita itu jadi ikut menikmati taburan nilai A dan B dulu. Tapi sang pria itu juga bercerita dengan kagum, tentang sang wanita yang pintar mengatur uang dan rumahnya, yang sekarang telah menjadi istri sholehah dan membuat hidupnya lebih berwarna
Dan pada suatu siang, aku menemukan sang pria dan wanita dengan rambut basah keluar dari kamar mandi dengan wajah tersenyum-senyum nakal, seperti anak abg yang tertangkap basah. Mereka menceritakan semua kisah itu kepadaku. Dan kepada Tuan Matahariku, sang pria menceritakan sesuatu nasehat, yang nantinya ternyata ia teruskan kepada adik laki-lakiku saat akan menikah :
’Di seluruh dunia, setiap wanita itu pasti menyusahkan. Semakin cantik seorang wanita, dia akan makin menyusahkan. Itu memang tugasnya sebagai wanita di dunia. Dan tugas sebagai pria di dunia, memang untuk menuntun dan melindungi mereka. Karena betapapun tingginya posisi mereka sebelum menikah, begitu malam pertama selesai, maka norma sosial yang menjadikan mereka sebagai ’warga kelas dua’, sayangnya masih berlaku di negara kita.’
’Bolanya ada di tangan seorang pria. Berikut kewajiban yang menyertai hak ’keistimewaan’ itu. Pria diciptakan dengan hak badan yang jauh lebih kuat, sehingga betapapun besarnya pesona seorang wanita, tetap jadi merupakan kewajiban pria untuk memegang kendali atas pesonanya. Pria diciptakan dengan pikiran yang lebih rasional untuk memimpin wanita, sehingga jadi pihak yang akan dimintai pertanggungan jawaban atasnya nanti di padang mahsyar. Itulah mengapa seribu kali wanita mengatakan ceraipun hukum tidak akan jatuh, kecuali kalau pria melanggar ’taklik sighat’. Tapi begitu pria mengatakan cerai, satu kali saja, maka jatuhlah talak. Maka berhati-hatilah dalam memimpin. Setiap perkataan dan tindakan yang akan diambil tidak akan hanya mempengaruhi satu orang saja, apalagi jika ada kebahagiaan anak-anak yang dipertaruhkan di situ.’
’Selama malamnya wanita itu masih ditiduri, selama permasalahannya tidak bertentangan dengan nilai agama, biarkan dia sekali-kali menang. Tidah akan jatuh kehormatanmu dengan sedikit menundukkan kepala di hadapannya. Wanita diciptakan dengan kebiasaan bertelepati yang membingungkan, tapi pada intinya mereka hanya ingin dipuji, dimengerti, dan dihargai. Dengan memberikan semua gajimu padanya tidak akan serta merta membuatmu rendah, justru malah menaikkan nilaimu di mata istrimu. Hal itu adalah simbolisasi pemberian kehormatannya sebagai ratu di rumahmu, sehingga ia akan memiliki kepercayaan diri untuk bisa membahagiakanmu dan sekaligus menumbuhkan keyakinannya untuk menjaga kehormatanmu sebagai pemimpinnya.’
’Kesimpulannya adalah sebaiknya jadilah pria yang cerdas dalam memilihkan jalan yang bisa membawa kebahagiaan bagi istri, anak, juga dirimu sendiri.’
Itu semua nasehat sang pria. Tapi nasehat sang wanitalah yang membuat aku dan Tuan Matahariku tenang melangkah :
’Saat selesai akad nikah, mulai dari situ dunia barumu dan dirinya akan hanya berdua saja dalam satu perahu yang sama. Semua orang di luar perahumu adalah orang lain, termasuk orang tua dan semua keluarga. Kehormatanmu adalah kehormatannya, begitu juga sebaliknya. Dirimu adalah dirinya. Jangan pernah menceritakan kejelekan istrimu kepada ibumu, agar ia tidak akan menceritakan kurangnya gajimu kepada ayahnya. Karena bagaimanapun, kamu akan tetap jadi anak kesayangan ibumu dan ia akan tetap jadi gadis kecil ayahnya. Ingatlah, itu hanya akan saling mencoreng aib di muka sendiri. Bicarakan saja secara berdua saja semuanya dalam detil. Jangan saling bertelepati.’
’Jangan campur adukkan hal ini dengan kewajibanmu berbakti kepada orang tua. Kalian masih tetap memiliki kewajiban yang sama untuk berbakti kepada orang tua, hanya saja masalahnya adalah orangtuamu tidak berada di perahu penuh cinta yang sama denganmu. Mungkin kemarahanmu akan mereda dengan melihat senyuman istrimu, tapi mungkin senyuman itu tidak akan berpengaruh dengan tanda jelek yang terlanjur kamu sematkan di dahi istrimu pada mata ibumu, saat dalam keadaan marah kau mengadukan kejelekan istrimu. Belalah istrimu di depan ibumu dengan santun, agar istrimu akan dengan suka rela meminta maaf kepada ibumu dan mulai belajar menganggap ibumu sebagai ibunya sendiri. Walau mungkin pada awalnya, ia melakukan itu hanya untuk menyenangkanmu, karena rasa bangganya sebagai istri yang begitu dicintai. Tunggu saja, tak berapa lama kamu pasti akan dapati tatapan hormat dari ayahnya sebagai sesama lelaki, karena ia sudah yakin anak gadisnya berada di bawah perlindungan tangan yang tepat.’
’Teman dalam awal pernikahan mungkin hanya akan menimbulkan masalah, dibandingkan dengan keuntungan dari adanya jaringan pertemanan ini. Rasa aman yang masih belum mantap berdiri tegak di awal pernikahan, akan sedikit berat dalam menghadapi ekses yang mungkin timbul, dalam apapun itu kegiatan sosial sebagai manusia. Jika bisa langsung pulang ke rumah memeluk istrimu, untuk apa menghabiskan waktu di kedai kopi tanpa tujuan?. Buatlah prioritas. Kalau bisa menyenangkannya untuk apa harus membuatnya bersedih?. Bukankan senyumannyalah yang akan terus menumbuhkan cinta di hatimu?.
’Awal perselingkuhan dimulai dari merasa nyaman saat bersama orang lain untuk bercerita. Jadi, semarah apapun dirimu, jangan pernah memutuskan untuk tidak pulang ke rumah malam itu. Jangan pernah memutuskan untuk menceritakan permasalahanmu dengan orang lain, apalagi jika itu teman lain jenis. Selama permasalahanmu tidak ada hubungannya dengan kekerasan fisik atau perbuatan melanggar hukum, jika memang ingin bercerita, bukankah lebih damai menumpahkan semua hasrat di dada kepada Sang Maha Kuasa?. Jangan saling melakukan sesuatu yang tidak disukai untuk orang yang kamu nikahi, karena bukankah dulu dirimu pernah merasa begitu mencintainya, hingga pernah melakukan semuanya hanya untuk menyenangkannya?. Untuk apa menyulut api yang akan membakar perahumu sendiri?.’
Ingatlah setiap pasangan itu kufu’ di mata Allah. Jadi jika yakin menjadi laki-laki baik, maka percayalah dengan janji Allah, bahwa istrimu pasti sebaik dirimu. Berusahalah jadi istri yang baik agar suamimu pasti akan berusaha menjadi yang lebih baik lagi. Jangan lakukan sesuatu yang mengurangi nilaimu di mataNYA, hingga membuatmu tak sepadan dengan pasanganmu. Jika memeluk laki-laki lain akan mengurangi nilaimu di mata Allah, karena suamimu tak menyukainya dan tak melakukannya, sebaiknya dipikirkan lagi untung-rugi kemungkinan konsekuensinya. Lakukan saja tugasmu sebagai manusia yang baik di mata Allah dan biarkan Allah menjalankan hak prerogatifnya. Pasrahkan saja semuanya ke tangan Allah, karena pernikahan akan terlalu melelahkan untuk dijalani, jika harus diisi dengan ketidakpercayaan. Saat engkau rasanya susah untuk mempercayai istrimu, engkau pasti percaya dengan janji Allah kan? jadi itu sudah CUKUP. Allah maha tahu dan maha adil.
Oke, hanya ini yang ingin aku bagi denganmu. ’Bolanya’ ada di tanganmu. I know, semuanya gak akan jadi perjalanan yang mudah. Tapi Cinta memang bukan perkara mudah karena di hati lengkap jadi satu semua rasa sayang sekaligus gairah, kagum sekaligus rasa takut disakiti, rasa ingin melindungi sekaligus egoisme, rasa posesive sekaligus bangga, rasa kebingungan sekaligus keinginan untuk membahagiakannya dan juga rasa ingin menyerah saat semuanya terasa menyedihkan dan gak masuk akal sekaligus rasa untuk selalu kembali mengejarnya saat mengingat semua tentangnya yang membuamu merasa bahagia dan damai.
Semua perasaan itulah yang membentuk Cinta dan justru malah menjadikan seseorang yang membuatmu merasakannya adalah ’The one’. Dan bukankah semua pernikahan juga tak akan mudah?. Jadi, bukankah lebih menyenangkan melewati perjalanan yang memang tidak akan mudah bersama orang yang kita cintai?. Tetaplah dekat dengan Allah dan semuanya insyaAllah akan baik-baik aja. Oh ya, satu lagi. Aku ingin menyampaikan titipan salam dari Sang Pria dan Sang Wanita ’Selamat datang di keluarga, dan selamat berjuang menjadi imam yang terbaik’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar