Jumat, 19 November 2010

Sayap Sayap Patah (Kahlil Gibran)

Wahai Langit
Tanyakan pada-Nya

Mengapa dia menciptakan sekeping hati ini..
Begitu rapuh dan mudah terluka..
Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta
Begitu kuat dan kokoh
Saat berselimut cinta dan asa..

Mengapa dia menciptakan rasa sayang dan rindu
Didalam hati ini..
Mengisi kekosongan di dalamnya
Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih
Menimbulkan segudang tanya
Menghimpun berjuta asa
Memberikan semangat..
juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira

Mengapa dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa
Menghimpit bayangan
Menyesakkan dada..
Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa…

Wahai ilalang…
Pernah kan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini
Mengapa kau hanya diam
Katakan padaku
Sebuah kata yang bisa meredam gejolak hati ini..
Sesuatu yang dibutuhkan raga ini..
Sebagai pengobat tuk rasa sakit yang tak terkendali

Desiran angin membuat berisik dirimu
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku
Aku tak tahu apa maksudmu
Hanya menduga..
Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana
Menunggumu dengan setia..
Menghargai apa arti cinta…

Hati yang terjatuh dan terluka
Merobek malam menoreh seribu duka
Kukepakkan sayap-sayap patahku
Mengikuti hembusan angin yang berlalu
Menancapkan rindu….
Disudut hati yang beku…
Dia retak, hancur bagai serpihan cermin
Berserakan ….
Sebelum hilang di terpa angin…

Sambil terduduk lemah….
Ku coba kembali mengais sisa hati
Bercampur baur dengan debu
Ingin ku rengkuh…
Ku gapai kepingan di sudut hati…
Hanya bayangan yang ku dapat….
Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya
Tak sanggup ku kepakkan kembali sayap ini
Ia telah patah..
Tertusuk duri-duri yang tajam….
Hanya bisa meratap….
Meringis..
Mencoba menggapai sebuah pegangan..

Selasa, 16 November 2010

Selamat Ulang Tahun Anakku ...

Segala puji bagi Allah, yang awal tanpa yang awal sebelum-Nya, yang akhir tanpa yang akhir sesudah-Nya. Mahasuci AsmaNya, Mahatampak AnugrahNya.
Ya Allah. Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Shalawat yang awalnya tidak terbatas, yang batasnya tidak berujung, dan akhirnya tidak berhingga.

Ya Allah ... anugerahkan kepadaku kelangsungan hidup anakku, panjangkan usianya, sehatkan badannya, akhlaknya, agamanya, sejahterakan jiwa dan raganya, alirkan rezekinya melalui tanganku, anugerahkan kepadanya kecerdasan akal dan kebeningan hati.

Bantulah aku, mendidiknya, berbuat baik kepadanya dari sisiMu. Jadikan anakku, mendekatiku, menyayangiku, mencintaiku. Jadikan anakku, orang yang baik dan takwa, yang punya pandangan dan pendengaran yang taat kepadaMu, yang mencintai dan setia kepada kekasihMu ... Muhammad.

Berikan semua itu dengan petunjuk dan rahmatMu, berikan kepada kami apa yang terbaik di dunia dan akhirat. Amiiiiiiiiiiiiin ...

Selamat Ulang Tahun Anakku

Senin, 08 November 2010

Perempuan Orang Tua Tunggal, Suatu Bentuk Kekuatan Perempuan

Keluarga yang lengkap dan utuh adalah idaman setiap orang. Namun, adakalanya nasib berkehendak lain. Jujur, saya merasa teramat sangat marah pada “keadaan” yang telah merampas keutuhan rumah tangga saya.  “Keadaan” yang menjadi penyebab hilangnya kebahagiaan anak saya.  Karena “keadaan” itulah anak saya yang masih balita harus merasakan ketidak sempurnaan kasih sayang Ayahnya.  Harus berpisah dari Abang dan kakak ... yang mana walapun mereka berbeda Ibu, tetapi saya yakin, anak-anak saya saling menyayangi satu sama lain.  Berbulan-bulan ... setiap malam, sebelum tidur saya pandangi dan ciumi  wajah polos anak saya.  Tak terasa air mata saya jatuh menitik.  Berulang kali saya berbisik di telinganya, "Maafkan Ibu, sayang..." berulang kali ...

Saya adalah ibu anak saya. Anak yang selama sembilan bulan kurang ,  saya kandung dalam rahim saya. Kebetulan anak saya lahir premature (8 bln) karena sejak usia 4 bln, saya mengalami perdarahan yang disebabkan oleh plasenta previera totalis.  Anak yang pernah berada sangat dekat dengan jantung dan hati saya. Kadang dia terbangun dari tidurnya karena mendengar isakan tertahan saya.  Mata beningnya yang bulat menatap saya dengan sendu. “Ibu ... Ibu jangan nangis terus ... nanti rumah kita banjir.”
Suara kanak-kanaknya yang lucu, polos dan lembut membangkitkan keyakinkan saya, bahwa saya akan mampu memberikan kebahagiaan untuknya.

Hidup tak selalu sempurna dan impian saya tidaklah terlalu berlebihan.  Saya ingin membuktikan kepada orang-orang disekeliling saya terutama mantan suami saya dan seluruh keluarganya. Membuktikan bahwa saya mampu membesarkan dan mendidik anak saya dengan baik.  Membuktikan bahwa saya adalah seorang perempuan kuat yang akan terus berjuang agar dibibir anak saya selalu dihiasi sesungging senyum.  Dan harus pula diakui, bahwa banyak orang telah bisa mencapai keberhasilan di dalam kehidupannya, walaupun mereka harus hidup tanpa seorang ayah.  Misalnya ... Barack Obama Presiden Amerika Serikat yang ke 44.  Kata orang bijak, mimpi adalah juga sebuah doa ... Semoga Allah bekenan mengijabah segala doa saya ... Amin YRA

Melalui artikel ini saya berharap - tidak saja - perempuan yang memilih atau “terpilih” oleh nasib menjadi orang tua tunggal tetapi juga anak (-anak) mereka dapat lebih dihargai keberadaan dan perjuangannya. Oleh siapapun kita yang selama ini tanpa disadari terkadang bersikap “melecehkan” keberadaan mereka.

Menjadi orang tua tunggal dalam sebuah rumah tangga tentu bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi, bagi seorang isteri yang ditinggalkan oleh sang suami, entah itu karena meninggal atau alasan bercerai. Paling tidak, dibutuhkan perjuangan berat untuk membesarkan si buah hati, termasuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Pada perempuan yang pernah menikah lalu bercerai, siap atau tidak, predikat janda dengan anak(-anak) akan disandangnya. Bila hubungan dengan mantan suami dan keluarganya baik, masalah figur ayah juga kebutuhan hidup sehari-hari bagi anak sedikit banyak teratasi. Kehadiran ayah bukan hanya secara fisik, masih dapat dirasakan anak dan lingkungan sekitar pun melihat kenyataan keberadaan sosok ayah sekalipun telah bercerai dari sang ibu tetapi tetap menjadi bagian dalam hidup anak.  Namun, bila hubungan tersebut berantakan dan tanpa dukungan memadai dari pihak keluarga perempuan, maka sang anak pun harus siap ikut menanggung akibatnya.

Anak-anak janda ini pun akan ditanyai keberadaan (bukan hanya fisik) ayahnya. Pertanyaan seperti, "Ayahmu pernah telepon tidak?" atau "Ayahmu pernah ngasih apa aja buat kamu?" Juga, "Lho, kenapa ayahmu tidak mau tinggal sama kamu lagi?"


Jelaslah bagi anak dari perempuan orangtua tunggal, terlebih bila anak bersekolah di sekolah biasa dan bukan sekolah kurikulum internasional yang biasanya tidak mempermasalahkan hal ini, tekanan yang dihadapi anak tidak ringan. Selain secara pribadi ia menyaksikan anak-anak lain memiliki ayah-ibu yang tampak bersama-sama dalam acara-acara tertentu sekolah, dalam lingkungan sekolah dan pertemanannya pun ia akan ditanyai keberadaan ayahnya. Sekali-dua sosok ayah tidak hadir masih dapat dimaklumi, tetapi bila setiap kali hanya berdua dengan ibu, maka pertanyaan mengenai ayah tanpa sungkan akan diajukan.

Belum lagi bila teman-teman sebaya ribut membanggakan kelebihan ayah masing-masing. Figur ayah macam apa yang dapat ia banggakan? Sekadar foto-foto seorang pria, baik sendirian maupun bersama ibunya (ataupun juga dengan sang anak), di masa entah kapan? Bagi seorang ibu, hal-hal yang menyangkut dan melukai perasaan anaknya sungguh terasa lebih menghunjam daripada gosip tetangga dan rekan kerja tentang dirinya.

Anak dari perempuan orangtua tunggal dapat tumbuh sehat jasmani dan rohani, moril dan materiil atas dukungan keluarga inti dan keluarga besar, juga lingkungan yang menerima, tetapi semua itu memerlukan proses yang tidak semenarik ilusi sulap.


Meski menjadi perempuan orangtua tunggal terbilang tak mudah dijalani, namun sangat banyak wanita yang menjadi ibu sekaligus kepala keluarga, tetap sukses membesarkan anak-anaknya.

Akhir kata, marilah kita galakkan pemahaman bahwa menjadi orangtua tunggal adalah pilihan hidup yang tidak mudah, namun tetap harus dihargai sebagai suatu bentuk kekuatan perempuan yang dapat dibanggakan, bukannya trend layar kaca yang ingar-bingar. Di balik keputusan tersebut terkandung permasalahan yang kompleks dan perjuangan amat berat bagi perempuan kebanyakan yang tidak mungkin dibahas secara gamblang di media apa pun.

(diambil dari berbagai sumber)

Kamis, 04 November 2010

Mother In Law, Peace Laaah Yaaawww ...

Di dalam agama yang saya anut, perceraian merupakan sesuatu yang dilaknat tetapi diharuskan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.

Dalam kurun waktu kurang lebih setahun terakhir ini saya menuntut diri saya untuk dapat membelajari kegagalan kehidupan rumah tangga saya dari kepingannya yang tersisa.  Seperti kebanyakan rumah tangga lainnya, awal kehidupan rumah tangga sayapun begitu terasa membahagikan dan begitu penuh cinta.  Namun ketika konflik semakin tak dapat dihindari, maka ketika itulah akhirnya rumah tangga saya harus berujung pada sebuah perceraian.

Keputusan Pengadilan Agama Depok yang kebetulan menangani kasus perceraian saya.  Hal yang memicu perpecahan dalam rumah tangga saya adalah karena adanya campur tangan pihak ketiga.  Masalah yang cukup klasik, namun merupakan momok paling menakutkan dalam sebuah perkawinan.  Yaitu konflik antara menantu vs mertua,  apalagi ... kebetulan mertua saya tinggal serumah.

Biasanya konflik ini terjadi karena tidak ada keselarasan antara mertua dan menantunya. Alasan lainnya karena mereka sama-sama wanita, di mana sesama wanita seringkali dihinggapi persaingan. Mereka bersaing mencurahkan perhatian dan ingin mendapatkan perhatian dari pria yang sama. Sang ibu merasa berhak mendapatkan curahan kasih sayang dari anaknya dan juga ingin selalu diperhatikan anak tercinta karena ia yang melahirkan anak itu. Sedangkan, sang istri merasa dialah yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh dari suaminya karena sekarang mereka akan hidup bersama seumur hidupnya, dan dialah yang akan merawat suaminya.

Tak ada yang patut disalahkan dari semua masalah yang timbul dan membelit di antara kedua kubu. Suami pun tak seharusnya disalahkan. Oleh karena itu, Keterbukaan dan komunikasi yang bagus menjadi solusi dalam hal ini. Kebijaksanaan suami sangat di harapkan sehingga tidak berat sebelah.   

Jika konflik antara mertua dan menantu ini dibiarkan begitu saja, tentunya akan menimbulkan ketidak harmonisan dalam keluarga. Hal ini akan lebih diperparah dengan sikap suami yang merasa memiliki hutang budi kepada ibunya.   Apabila konflik ini terjadi ... saya jamin akan merambat ke masalah suami-isteri dan bukan tidak mungkin solusinya berakhir dengan sebuah perceraian.



Bercerai dengan pasangan hidup dianggap sebagai solusi terbaik bagi banyak pasangan yang menikah. Alasan lain bercerai adalah memberi pasangan hidup pelajaran sebagai jalan keluar yang baik untuk mengakhiri rasa sakit hati.  Masalah yang tampak kepermukaan terlihat memang sudah selesai, namun bisa dipastikan, masalah yang sama akan kembali muncul pada pernikahan selanjutnya.  Mengapa? Karena konflik pada setiap pernikahan esensinya adalah sama.  Konflik ini menjadi terlihat berbeda karena terjadi pada latar belakang pernikahan yang berbeda-beda, kondisi intelektual, emosional dan spiritual individu yang berbeda, dan yang paling fundamental adalah cara sikap dan memutuskan jalan keluar dalam menghadapi konflik pada masing-masing pernikahan berbeda.

Bercerai dan menjadi single parent hanyalah pilihan nasib (karena hidup itu adalah pilihan) dan bukan suatu aib.  Jadi kenapa harus malu? Because life must go on ...

Kamis, 14 Oktober 2010

Hadiah “Kontrak” Yang Tak Terlupakan ...

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Ulang Tahun
adalah hari kelahiran seseorang, menandai hari dimulainya kehidupan di luar rahim. Dalam beberapa kebudayaan, merupakan suatu kebiasaan untuk merayakan peringatan ulang tahun seseorang, contohnya dengan mengadakan pesta ulang tahun dengan keluarga dan/atau temanHadiah sering diberikan pada orang yang merayakan ulang tahun. Juga merupakan suatu kebiasaan untuk memperlakukan seseorang secara istimewa pada hari ulangtahunnya.

Banyak orang menjadikan moment kelahiran sebagai ritual untuk merenung, menilai apa yang telah dilakukan, apa yang belum diraih dan apa yang ingin diraih di hari esok. Demikian juga dengan saya.  Padahal sesungguhnya, perhitungan tentang segala amalan dan pencapain dalam hidup ini tidak perlu menunggu sampai hari ulang tahun. Bukankah ajal ketika datang menjemput juga tidak menunggu setelah kita melakukan perenungan di hari ulang tahun? Jadi ... akan lebih baik jika kita tidak perlu menunggu saat-saat bersejarah untuk menimbang amalan, karena maut bisa merenggut tanpa sempat kita berhitung dan berencana untuk mengganti amalan yang buruk dengan kebajikan.

Mudah-mudahan merupakan sesuatu yang bijaksana kalau saya lantas memutuskan untuk merubah makna ulang tahun itu sendiri ... setidaknya dimata saya.  Ulang tahun berarti bahwa kontrak saya di dunia ini berkurang – lagi - satu tahun, dan saya semakin dekat dengan kematian serta semakin banyak pula tanggung jawab yang menuntut saya untuk segera menyelesaikannya. 

Dan ketika hari ini (14 Oktober 2010) kontrak saya berkurang – lagi – satu tahun di dunia ini, tidak salah jika kemudian saya berucap : “Inna lillahi wainna ilaihi roji’un” (sesungguhnya semua yang berasal dari Allah akan kembali kepada Allah).  Namun dibalik rasa miris yang melanda, tak pelak ... rasa syukur membumbung tinggi jua kepada Yang Maha Perkasa.  Karena dalam perjalanan waktu ... di usia yang terus berkurang, dibalik selaksa peristiwa yang melanda bahtera akhir-akhir ini, ternyata begitu banyak hidayah yang diberikan oleh Sang Maha Pengasih kepada saya.  Hidayah yang (Insya Allah) semakin memantapkan keimanan saya kepada Dia Yang Maha Pemberi Hidup.

Mohon maaf ... saya memang bukan pemeluk Islam yang fanatik, tapi mudah-mudahan ini bukan termasuk bid’ah, karena saya tidak berniat menjadikannya sebuah kebiasaan.  Bicara tentang hidayah memang tidak ada hubungannya dengan doa-doa panjang umur dan hadiah yang biasa diberikan kepada saya dari orang-orang yang menyayangi saya.  Namun demikian ... melalui tulisan ini saya merasa amat sangat perlu untuk menghargai mereka yang telah memperlakukan saya secara istimewa pada hari dimana kontrak saya di dunia ini berkurang – lagi – satu tahun. 

Sepanjang kontrak hidup saya yang telah mencapai 41 tahun ini banyak ... bahkan teramat banyak hadiah yang telah saya terima dari orang tua, keluarga, kerabat, handai taulan, belahan jiwa, kekasih, sahabat dan rekan sejawat. Salah satu hadiah terbesar yang pernah ada dalam hidup saya adalah dilahirkan dalam keluarga Islam dan mendapat pemahaman dasar tentang agama yang lebih dari cukup.  Agama yang hingga kini terus saya peluk dan Insya Allah sampai akhir menutup mata. Semoga demikian pula dengan anak-anak dan keturunan saya setelahnya.  Amiiiiin Ya Robbal Allamin ... 

Segerombol bunga mawar adalah hadiah yang ... menurut saya sebuah romantisme sejati seorang pria yang pernah menjadi belahan jiwa saya dimasa yang telah lampau. Karena belahan jiwa saya dimasa sekarang (bisa dibilang) adalah seorang yang cenderung agamis.  Sehingga selalu saja harus saya ingatkan ... bahwa 14 Oktober adalah hari dimana  kontrak saya di dunia ini berkurang – lagi – satu tahun.  Namun demikian .. walau tak sebesar rasa kasihnya kepada sang Ibu ... saya yakin belahan jiwa saya ini masih menyimpan rasa cinta kasih yang mendalam buat saya dan buah hati kami.

Pernah pula disuatu ketika seorang sahabat menghadiahkan “warna biru” di hari kontrak saya di dunia ini berkurang – lagi – satu tahun. Mulai dari mobil, kemeja, kaos dalam, dasi bahkan (maaf) underwear yang dikenakannya pun berwarna biru.  Karena kebetulan saya adalah penyuka warna biru (selain hijau dan coklat).  Usaha yang  patut mendapatkan penghargaan ... secara ... menurut pengakukan sahabat saya itu dia sendiri saja hampir tidak pernah  merayakan hari kontraknya di dunia ini berkurang – lagi – satu tahun.  Karena kontraknya berkurang 4 tahun sekali alias tanggal lahirnya adalah 29 Februari.

Di masa dahulu ... ketika saya mulai mengalami “roman picisan”, ada seorang pria yang tidak pernah absen memberikan saya hadiah dan kartu ucapan di hari dimana  kontrak saya di dunia ini berkurang – lagi – satu tahun.  Memang bukan sesuatu yang wah. Hanya hadiah sederhana dan kartu ucapan sederhana.  Kartu ucapan buatan tangan berhiaskan bunga dengan rupa yang sangat sederhana pula. Kalau Anda tak pernah melihatnya  namun pernah mendengar tentang bunga ini,  Anda akan terkejut betapa rupanya begitu jauh dibandingkan artinya. Bunga yang sederhana, dengan filosofi melebihi syair para pujangga yang bangga melafalkannya. Bunga yang sederhana dengan filosofi seluas langit. Anaphalis Javanica atau yang sering disebut-sebut sebagai edelweiss si bunga abadi ... 
Kalaupun kemudian pria “roman picisan” saya itu – kini - menanamkan keabadian cintanya kepada wanita yang (ternyata ... ) bukan saya. Itu adalah karena takdir semata. Tetapi paling tidak, hari dimana  kontrak saya di dunia ini berkurang – lagi – satu tahun, selalu dan terus abadi dalam memory hidupnya.  Seabadi edelweiss si bunga perlambang cinta (?) ... Walaupun baginya itu hanya sebuah basa basi kehidupan tanpa makna ...

“BUKAN MASALAH PANJANGNYA UMUR, TETAPI MASALAH MEMBERI MAKNA DALAM TIAP HARI KEHIDUPAN”

Subhanallahu wabihamdih!

Terima kasih yang tak terhingga untuk:
·       Kedua orang tua saya yang telah meneken kontrak hidup saya dengan Sang Maha Pencipta
·       Anak-anak tercinta {(alm.) Rifda Ayu Aji, Rahmat Sukma Maulana,Tia Puspita Sari dan Raihan Abipraya } kalian adalah matahari-matahari ibu
·       Kakak2, adik2, keponakan2 dan cucu2 yang tidak pernah bosan mendukung dan selalu ada untuk saya  ... dalam kondisi apapun
·       Ayahnya anak-anak, mohon maaf untuk segala kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki
·       Pria “roman picisan” saya, semoga Allah selalu melingkupinya dengan kebahagiaan dan cinta kasih.
·       Para sahabat tercinta yang selalu menyulut semangat hidup saya
·       Handai taulan dan kerabat tersayang
·       Rekan sejawat terkasih terima kasih buat doa dan ucapannya ...
I love you all ...

Selasa, 21 September 2010

Kawah Putih, Ciwidey: Kolam Dewi Khayangan

Bagaimana pun propinsi Jawa Barat, tidak pernah membosankan, terutama kota Bandung. Liburan beberapa waktu lalu dimanfaatkan bersama teman – teman kantor pergi ke kota Bandung, salah satunya kami mengagendakan akan pergi ke Kawah Putih. Malam hari kami tiba di Kota Bandung langsung menuju hotel untuk istirahat. Besok paginya, setelah sarapan pagi kami langsung menuju Kawah Putih.

Objek wisata Kawah Putih terletak di Ranca Bali, sekitar 44 km dari kota Bandung, tepatnya di desa Sugih Mukti kecamatan Pasir Jambu. Apabila menempuh perjalanan sejauh 46 km dari Soreang menuju Ciwidey, akan sampai pada objek wisata Kawah Putih. Untuk menuju Kawah Putih disarankan menggunakan kendaraan, jangan berjalan kaki karena jalan yang agak menanjak dan cukup jauh, yaitu sekitar 5 km dari pintu masuk.

Menurut data, kawah putih adalah sebuah danau kawah dari gunung Patuha dengan ketinggian 2.434 m dpl. Selain Kawah Putih, masih terapat sebuah kawah yang bernama Kawah Saat dengan ketinggian 2.194 m dpl dan terletak di puncak bagain barat gunung Patua. Karena di danau kawahnya memiliki kandungan belerang sangat tinggi, pada jaman dulu sempat dibangun pabrik belerang dengan nama Zwavel Ontgining Kawah Putih. Pada jaman Jepang, usaha tersebut dilanjutkan dengan nama Kawah Putih Kenxaka Gokoya Ciwidey yang langsung berada di bawah penguasaan militer.

Hari tersebut kami isi dengan berfoto-foto di sekitar lokasi yang mengagumkan ini dan bersenda gurau di kawah yang bak surga ini. Serasa di dunia lain, mungkin berada di dunia dewa dewi.Sempet berpikir ini mungkin tempatnya Dewi Khayangan ngelamun..atau jalan-jalan sambil makan kacang dan buah2an diringi musik kecapi..hehehe..,Tak terasa, waktu telah menjelang sore, hujan pun turun. Sayang sekali, kami harus segera angkat kaki dari sana. Pengalaman yang tak terlupakan. Liburan nanti pasti datang kembali kesini.

Menuju ke Kawah Putih

Sejak tahun 1987 PT. Perhutani (Persero) Unit III Jabar dan Banten mengembangkan kawasan Kawah Putih ini  menjadi sebuah objek wisata. Untuk tiket masuk areal objek wisata Kawah Putih, setiap orang dikenakan biaya Rp 10.000,00, sudah termasuk premi asuransi. Objek wisata Kawah Putih dibuka mulai pukul 07.00 dan tutup pada pukul 17.00, setiap hari Senin sampai dengan Minggu. Fasilitas bagi pengunjung di sekitar Kawah Putih sudah cukup memadai dengan adanya areal parkir, transportasi transit menuju kawah, pusat informasi, mushala, dan warung-warung makanan.

Untuk menuju ke sana, pengunjung dari Jakarta dapat melewati tol Cipularang terus menuju pintu keluar tol Kopo menuju Soreang ke arah selatan ke kota Ciwidey. Sekitar 20 - 30 menit dari kota Ciwidey terlihat tanda masuk menuju gerbang masuk objek wisata Kawah Putih yang ada di sebelah kiri jalan. Untuk menuju Kawah Putih dari gerbang masuk kawasan objek wisata Kawah Putih disarankan menggunakan kendaraan, jangan berjalan kaki karena jalan yang agak menanjak dan cukup jauh, yaitu sekitar 5,6 km atau sekitar 10 - 15 menit dengan kendaraan. Kendaraan pribadi dapat langsung menuju tempat parkir luas yang tersedia tidak jauh dari kawah. Sementara pengunjung dengan rombongan besar yang menggunakan bis, atau transportasi umum dapat menggunakan kendaraan khusus yang ada di areal parkir dekat gerbang masuk untuk mencapai kawah dari pintu masuk. Kondisi jalan yang kecil dan menanjak tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan jenis bis besar maupun sedang.

Transportasi umum menuju Ciwidey dari Bandung dapat ditemui di Terminal Kebun Kalapa maupun Leuwi Panjang. Setelah sampai di Kota Ciwidey maka perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan pedesaan tujuan Situ Patengan. Angkutan pedesaan yang menuju Situ Patengan ini melintasi objek-objek wisata yang ada di kawasan Ciwidey yaitu Perkebunan Strawberry, Kawah Putih, Ranca Upas, & kolam renang air panas Cimanggu. Untuk dapat menjelajahi dan menikmati keindahan alam kawasan Ciwidey dan sekitarnya rasanya tidak cukup hanya satu hari.

Jumat, 17 September 2010

“LOVE 3 ANGLE” (Cinta Segitiga) Sebuah Romansa Penuh Dilema

Jika ... dia cintaimu
melebihi cintaku padamu
Aku pasti rela untuk melepasmu ...
walau ku tau ku kan terluka

Jikalah ... semua berbeda
kau bukanlah orang yang kupuja
Tetapi hatiku telah memilihmu
walau kau tak mungkin tinggalkannya

Jadikan aku yang kedua,
Buatlah diriku bahagia
Walaupun kau ... takkan pernah
Kumiliki selamanya ...
(Song by Astrid – Jadikan Aku Yang Kedua)


Menurut sang penyanyi ... sebenarnya lagu ini adalah sebuah lagu melow yang dinyanyikan dengan penuh keceriaan.  Nah ... semangat  untuk tetap ceria dibalik kisah melow sebuah dilema kehidupan itulah yang membuat lagu diatas belakangan sering saya putar ... putar dan putar lagi.  Secara ... kehidupan rumah tangga saya  sedang mengalami kisah melow-dramatis pula. Paling tidak saya berharap setiap mendengar lagu ini saya tetap bersemangat dan selalu ceria memandang hidup yang hanya sekali ini.

Padahal konon ... para ibu membenci lagu Jadikan Aku Yang Ke Dua karena didalam syairnya menggambarkan sedikit unsur mendukung  polygami.
Semangat para ibu yang begitu mencintai para suami mereka inilah, yang kemudian menggelitik saya untuk membuat sebuah tulisan bertema sedikit banyak tidak jauh dari lagu mbak Astrid diatas.  Dilema kisah cinta segitiga atau bolehlah saya meminjam istilah lebih serius “LOVE TRIANGLE”. Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Cinta Segitiga.


Sebelum saya melanjutkan tulisan ini, sebelum saya nanti akan menuai banyak protes. Baik dari Anda yang merasa sebagai korban maupun Anda yang merasa sebagai wanita atau pria idaman lain.  Saya anggap perlu untuk disampaikan, bahwa dalam membuat tulisan inipun saya sesungguhnya mengalami "problematika dilematik".  Menyoal mengenai  hati dan perasaan,  itu adalah sisi yang luar biasa sensitif dari sesosok mahluk Allah bernama manusia.  Sebagai penulis, tidak mudah bagi saya untuk memutuskan dari sudut pandang siapakah tulisan ini hendak saya buat. Dari sudut pandang Anda yang merasa sebagai korban? Ataukah dari sudut pandang Anda sebagai wanita atau pria idaman lain?  Kalapun akhirnya saya memutuskan untuk menulisnya dari sudut pandang yang senetral mungkin, saya tetap harus merasa perlu untuk meminta maaf kepada Anda yang merasa sebagi siapapun dalam jalinan kisah cinta segitiga bermuda.  Maaf apabila dalam tulisan saya ada hal yang kurang berkenan di hati Anda (siapapun peran Anda).



Awalnya saya berpikir bahwa kisah cinta segitiga adalah sebuah tema yang hanya populer dalam panggung dunia hiburan semata.  Ternyata era globalisasi dan modernisasi saat ini turut pula mempengaruhi media dalam mengekspos sebuah tema berita.  Sehingga membuat saya jadi agak melek wawasan. Kemudian saya menjadi tahu bahwa ternyata dalam masyarakat kita kasus love triangle ini sudah sekian lama menjamur.


Sayangnya, media masa yang ada hanya gencar menyoroti sebuah penyelesaian cinta segitiga  dengan solusi yang (maaf) menurut saya sangat keliru dan berlebihan. Media masa hanya gencar menyoroti sebuah penyelesaian cinta segitiga yang melow dramatik.  Dimana salah seorang diantaranya harus berujung dengan maut. Harus seperti inikah? Sementara kita adalah sebuah bangsa yang terkenal mengedepankan musyawarah dan mufakat dalam setiap permasalahan.  Penyelesaian yang (maaf lagi) menurut saya sangat tidak Pancasilais. 


Bukankah karena alasan moralitas, sebenarnya polygami perlu dipertimbangkan sebagai salah satu jalan keluarnya? Konklusinya adalah semua harus saling sadar bahwa hidup ini sebagai jembatan untuk mencapai sebuah kesempurnaan, sehingga masing-masing bisa memacu yang lain untuk bisa sampai pada kesempurnaan.  Insya Allah saya akan memberikan pembahasan perihal polygami ini secara khusus dalam tulisan saya berikutnya.  Kembali menyoal kisah cinta segitiga sebuah romansa penuh dilema ... 


Nampaknya emosi memang langsung angkat bicara dalam soal cinta segitiga.  Akibat sakit hati yang luar biasa dan tak tertahankan! Kalau kita ambil benang merahnya, di dalam cinta segitiga memang ada seseorang yang tersakiti dan menyakiti. Bagi yang tersakiti, sangatlah manusiawi kalau reaksi yang timbul adalah rasa amarah. Namanya juga sakit hati! Namun, kalau selanjutnya sikap dan tindakannya jadi berlebihan, itu kembali pada pribadi masing-masing. Kembali pada nilai-nilai yang dianut oleh orang tersebut, kembali pada pemaknaannya terhadap komitmen yang telah disepakati bersama dengan pasangannya, serta kembali pada bagaimana cara dia untuk mengatasi sebuah situasi emosional.


Untuk Anda yang merasa sebagai wanita atau pria idaman lain dalam sebuah kisah cinta segitiga. Jatuh cinta dengan seseorang yang telah memiliki hubungan primer atau perkawinan dengan orang lain pastilah pengalaman yang paling membuat Anda menderita dan juga menyiksa dalam hidup Anda, walaupun pada saat yang bersamaan romansa ini tampak begitu indah.


Anda merasa menderita dan tersiksa, karena posisi Anda sulit untuk menghentikan atau mengubah segala situasinya menjadi seperti apa yang Anda inginkan. Seolah-olah Anda sedang menaiki sebuah roller-coaster, satu saat akan naik dan Anda merasa memiliki cinta yang begitu mendalam melebihi dari kisah kasih yang pernah  Anda alami sebelumnya, setelah itu akan turun dengan tiba-tiba dan saat itu terjadi Anda akan merasakan keputus asaan melebihi dari yang pernah Anda rasa.
Pengalaman indah karena seolah memiliki sebuah ikatan magis yang sangat istimewa di antara Anda berdua.  Anda seolah memiliki hubungan yang sempurna dan ideal bersama belahan jiwa Anda.  Sehingga perhatian dari orang yang Anda cintai dan cara dia memahami diri Anda membuat Anda merasa ... teramat bahagia.  Kala cinta datang melanda jiwa, nikmatnya luar biasa. Begitu damai, begitu indah. Sampai-sampai orang yang terlanda cinta terbuai dalam “cinta tiada logika”.


Terlepas dari keindahan  dalam hubungan itu,  Anda tetap saja akan sangat menderita.  Mungkin Anda menyangka bahwa  Anda mampu mengatasi segala situasi yang tidak mengenakan yang mungkin akan terjadi belakangan hari. Tapi fakta sering kali berbicara sebaliknya! Diamuk habis-habisan oleh pasangan primernya,  itu sudah pasti. Belum lagi lama kelamaan Anda akan makan hati, karena pada dasarnya tidak ada satu orang pun yang suka jadi “ban serep”.  Jadi ... pikirkan lagi baik-baik keputusan untuk menjalin romansa cinta segitiga.

Cinta memang bukan logika dan memang bukan milik manusia tapi kita bisa berusaha menjadi salah satu manusia yang dititipi cinta oleh Sang Pemilik cinta.  Dan belajar dari pengalaman orang lain bukanlah hal yang buruk. Lagi–lagi seperti kata orang bijak ”Apabila semua tempat adalah sekolah maka semua orang adalah guru”.


Hiasilah hidup kita dengan cinta karena hanya dengan cinta hidup kita jadi lebih berarti bagi orang – orang di sekeliling kita, bisa dimulai dengan cinta terhadap kita sendiri. ”Cinta tidak melemahkan, justru menguatkan, cinta akan membuat hidup jadi lebih bercahaya” begitu kata Buya Hamka. Mudah – mudahan tulisan ini dapat memberi inspirasi bagi setiap orang yang membacanya terutama bagi saya sendiri.


Special thanks to:
·       My “3 best friends” for the story of your life
·       Some One That I Love ...
Thank you for your sweetest love

Kamis, 02 September 2010

Kado Ulang Tahun

Kadang aku berpikir..
Mengapa Kau dan aku
Tak pernah bertemu pada satu ujung jalan
Adakah karena aku berlari
Ke arah yang salah

Atau memang jalan ini masih terlalu panjang
Untuk kutemui sebuah ujung
Bukan kejenakaan kebandelanku
Ketika aku mencoba berlari
Dari kasihmu dari rencanamu dari cintamu
Dari rindumu

Tapi rasa penasaran
Telah membawa aku
Pada kelokan bercabang
Bermuara
Pada ujung
Yang tak kelihatan

Mungkin sebenarnya tak perlu kutanyakan
Mungkin juga tak perlu kau jawab
Karena di dasar jiwaku
Masih ada suaramu memanggil

Hanya aku
Menunggu kulminasi
Dari lelahnya perjalanan
Ingin bertemu kau lagi,
Entah kapan ...

Banyak ... bahkan teramat banyak kisah serta kejadian dalam kehidupanku yang sangat menarik untuk dijadikan tema tulisan buat Anda.  Namun dari sekian banyak kisah dan kejadian, ada satu hal yang paling menggoda untuk ku jadikan tema.  Karena sebulan belakangan hal itu seolah selalu mencubiti urat-urat syaraf di otakku sehingga membuat aku selalu dan terus tergugah untuk memikirkannya yaitu sebuah KADO ULANG TAHUN.  Bukan memikirkan kado apa yang akan ku dapat saat ulang tahunku di bulan Oktober mendatang.  Melainkan apa yang tepat untuk kuberikan sebagai kado di ulang tahunnya nanti.  Mohon maaf, Karena satu dan lain hal aku tidak akan memaparkan indentitas dirinya kepada Anda disini.  Walaupun aku yakin beberapa dari Anda mampu menebak dengan pasti siapakah gerangan – dia – bahkan mungkin Andalah – dia – yang aku maksud ...

 “Dia” walaupun terlalu terlambat buat aku sadari, adalah termasuk salah seorang yang istimewa dalam kehidupanku. Karena rupanya “dia” telah begitu lama bersemayam dalam satu ruang di relung hatiku. Centang perentang waktu telah membuktikan bahwa tidak ada seorangpun yang mampu membuatnya pergi ... bahkan setelah sekian tahun berganti.

Bila pada Anda kesempatan hanya datang satu kali, tidak demikian halnya buatku dan “dia”.  Kesempatan itu selalu datang, datang dan datang lagi.  Bila rasa cinta dan kasih sayang diantara dua insan lekang di telan waktu, namun diantara aku dan “dia” rasa itu justru semakin kuat seiring waktu berlalu.  Bila masalah mampu memisahkan dua insan yang telah disatukan, justru masalahlah yang membuat aku dan “dia” seolah enggan terpisahkan ... bahkan setelah sekian tahun berganti.        

Sebuah teori mengatakan,  usia 40 adalah masa dimana seseorang mengalami puber kedua, masa dimana seseorang mengalami perpindahaan tahapan dari dewasa menjadi tua,  masa  yang boleh dibilang banyak orang mengalaminya. Pada masa ini, sering kali pula seseorang terjebak dalam percintaan semu.  Semukah? Bahkan setelah sekian tahun berganti ... aku baru menyadari bahwa sesungguhnya namaku begitu indah tatkala “dia” yang menyebutnya?

Lukaku  pasca perceraian mungkin tidak akan sembuh secepat ini tanpa keberadaan “dia” yang setia melingkupi kehidupanku. “Dia” lah  yang selalu ada dan memberikan semangat serta perhatian kepadaku di saat menjalani hari-hari berat pasca perceraianku.  Bahkan etelah sekian tahun berganti ... dan itu terjadi lagi padaku ... “Dia” masih juga berkenan melingkupi kehidupanku dengan memberikan semangat dan perhatian yang tulus kepadaku.

Aku dan “dia” hanyalah wayang yang melakoni peran sesuai dengan kehendak Sang Dalang.  Oleh karenanya jangan tanyakan mengapa aku dan “dia” tidak berujung pada satu jalan? Jangan tanyakan mengapa aku kemudian seolah memilih untuk berlari dari kasih ... dari rencana ... dari cinta ... dari rindu ... yang “dia” miliki? Mungkin memang seharusnya tidak perlu dipertanyakan dan tidak perlu pula ada jawaban.  Karena hingga kini - bahkan setelah sekian tahun berganti - kasih ... rencana .. cinta ... dan rindu untukku masih terus “dia” pertahankan.

Namun ketika aku merasa inilah titik kuliminasi dari lelahnya perjalanan panjang kehidupanku, dan bertemu “dia” lagi.  Haruskah aku benar-benar memilih untuk berlari dan melakoni kembali perjalanan panjang kisah hidupku yang entah kapan mencapai ujung – sendiri- ?  Karena ternyata “dia”... bahkan setelah sekian tahun berganti ... masih tetap ada yang memiliki.

Seharusnya aku tak menunggu jawabnya ... karena seharusnya memang tidak perlu pula ada sebuah tanya. 


Kahlil Gibran:
Sesuatu yang telah diberikan, kita pikir itu MILIK kita
Sesuatu yang telah didapatkan, kita pikir itu MILIK kita
Sesuatu yang diperoleh, kita pikir itu adalah MILIK kita
Semua MILIK kita, PUNYA kita dan menjadi HAK kita

Tanpa kita sadari begitu terpisah darinya
Bagitu sakit rasanya
Begitu dalam penderitaaannya
Begitu besar kehilangannnya
Begitu dalam jurang kesedihannnya

Ia datang tanpa diundang
Ia pun pergi tanpa berbekas
Ia yang datand dan pergi semua bukan milik kita
Dan tidak perlu kita menderita karena melekatinya

Selagi bersama, berbahagialah
Selagi memiliki, hargailah
Selagi ada, rasakanlah

Sewaktu berpisah, kenanglah
Sewaktu pergi, relakanlah
Sewaktu kehilangan, lepaskanlah

Saat jodoh telah berakhir, relakanlah, lepaskanlah
Setiap orang terlahir di dunia ini dengan tangan kosong
Ketika perannya berakhir, sampai disanalah skenario kehidupannya

Note:
Alhamdulillah kita masih bisa melampaui tahun kesekian untuk bisa  “mensyukuri” bersama ulang tahunmu.



“Selamat Ulang Tahun” 
Terima kasih
Karena kau selalu ada untukku ...