Selasa, 22 Februari 2011

SAKIT MATA

Flamingtse datang berkonsultasi ke dokternya, "Dok, kenapa ya, saya baru menyadari, setiap kali saya minum kopi, mata kanan saya terasa sakit. Seperti tertusuk sesuatu."
Dokter itu manggut-manggut sambil berpikir serius. Kemudian katanya, "Saya ada saran. Coba lain kali kalau anda membuat kopi, jangan lupa sendoknya dikeluarkan dari cangkir."

Bercanda

Sudah berbulan-bulan Flamingtse untang lantung mencaripekerjaan.  Flamingtse benar-benar bingung kenapa ia nggak bisa bertahan lama di sebuah pekerjaan.

Hari ini, Flamingtse mendapat panggilan wawancara di sebuah perusahaan skala menengah.  Posisi yang ditawarkan adalah Asisen Manajer HRD.
"Apabila Saudara diterima di perusahaan ini, berapa gaji yang Saudara harapkan?" tanya Manager HRD.
"Saya ingin gaji dalam US Dollar saja, Pak.  Tidak usah terlalu tinggi, cukup 10.000 USD," jawab Flamingtse
"Menurut Saudara, itu sesuai dengan jabatan yang Saudara lamar?"
"Iya, Pak. Sesuai juga dengan kemampuan saya."
"Ehm, bagaimana kalau perusahaan menawarkan lebih banyak:  kami sediakan mobil Mercedes lengkap dengan supirnya, rumah di Pondok Indah dengan kolam renang, liburan setiap akhir minggu ke Bali, cuti 12 hari setiap akhir tahun ditambah bonus 12 kali gaji?"
"Ah ..... jangan bercanda Pak ....." kata Flamingtse
"Lho ..... kan Saudara duluan yang mengajak bercanda ....."

Jumat, 11 Februari 2011

Mahabbatullah


Suatu cerita dari Husain (cucu Rasulullah Saw.) Sewaktu masih kecil Husain bertaya kepada ayahnya, Sayidina Ali ra: “Apakah engkau mencintai Allah?” Ali ra menjawab, “Ya”. Lalu Husain bertanya lagi: “Apakah engkau mencintai kakek dari Ibu?” Ali ra kembali menjawab, “Ya”. Husain bertanya lagi: “Apakah engkau mencintai Ibuku?” Lagi-lagi Ali menjawab,”Ya”. Husain kecil kembali bertanya: “Apakah engkau mencintaiku?” Ali menjawab, “Ya”. Terakhir Si Husain yang masih polos itu bertanya, “Ayahku, bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?” Kemudian Sayidina Ali menjelaskan: “Anakku, pertanyaanmu hebat! Cintaku pada kekek dari ibumu (Nabi Saw.), ibumu (Fatimah ra) dan kepada kamu sendiri adalah kerena cinta kepada Allah”. Karena sesungguhnya semua cinta itu adalah cabang-cabang cinta kepada Allah Swt. Setelah mendengar jawaban dari ayahnya itu Husain jadi tersenyum mengerti.

Dalam kitab Al-Mahabbah, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajad/level yang tinggi. “(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (QS. 5: 54). Dalam tasawuf, setelah di raihnya maqam mahabbah ini tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buah dari mahabbah itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud, dan lain lain nantinya akan berujung pada mahabatullah (cinta kepada Allah).

ciri-ciri seorang yang mencintai Allah :
Pertama adalah rela berkorban sebesar apapun demi kekasih. Cinta memang identik dengan pengorbanan, bahkan dengan mengorbankan jiwa dan raga sekalipun. Hal ini sudah di buktikan oleh Nabi Muhammad Saw., waktu ditawari kedudukan mulia oleh pemuka Quraisy asalkan mau berhenti berdakwah. Dengan kobaran cintanya yang menyala-nyala pada Allah Swt., Rasulullah mengatakan kepada pamannya: “Wahai pamanku, demi Allah seandainya matahari mereka letakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku berhenti meninggalkan tugasku ini, maka aku tidak mungkin meninggalkannya sampai agama Allah menang atau aku yang binasa”

Kedua dari pecinta adalah selalu bersyukur dan menerima terhadap apa- apa yang di berikan Allah. Bahkan ia akan selalu ridha terhadap Allah walaupun cobaan berat menimpanya. Seorang Aqwiya (orang-orang yang kuat kecintaannya pada Tuhan) akan menjalankan shalat sebagai media untuk melepaskan rindu mereka kepada Rabbnya, sehingga mereka senang sekali menjalankannya dan menanti-nanti saat shalat untuk waktu berikutnya, bukannya sebagai tugas atau kewajiban yang sifatnya memaksa.

Bentuk mahabbah :
1. Cinta kepada sesame, sebuah kisah sufi menyebutkan “Baru saja Tuhan berkata kepadaku bahwa engkau tidak akan pernah bisa mencintai Tuhan sebelum kamu mencintai sesama manusia”.
2. Tidak menyekutukan Allah, Allah pun cemburu ketika cinta-Nya dikhianati, yakni ketika seorang hamba lebih mengutamakan cinta kepada selain-Nya. Atau ketika hamba durhaka dan maksiat kepada-Nya. Bila kecemburuan Allah tak pernah kita hiraukan, maka akan berubah menjadi kemurkaan-Nya. Tak seorangpun yang akan sanggup menahan atau menghadapi kemurkaan Allah, Naudzubillahi min dzalik.
3. Berusaha ma’rifatullah, Kecintaan kepada Allah tidak akan ada ketulusan dan kemurnian kecuali dengan tauhid yang benar, menjadikan Allah sebagai loyalitas tertinggi dan otoritas mutlak dalam segala hal. Kecintaan kepada Allah sudah pasti harus dibuktikan dengan mencintai kalamullah atau ayat-ayat-Nya, baik yang qauliyah (tertulis), maupun yang Kauniyah (tidak tertulis). Maka tadarus, tadzabur dan amaliyah Al-Qur’an menjadi hal yang utama. Selanjutnya ia mencintai Rasul-Nya dan Jihad fii sabiilillah.
Kecintaan kepada Allah sudah pasti harus dibuktikan dengan mencintai kalamullah atau ayat-ayat-Nya, baik yang qauliyah (tertulis), maupun yang Kauniyah (tidak tertulis). Maka tadarus, tadzabur dan amaliyah Al-Qur’an menjadi hal yang utama. Selanjutnya ia mencintai Rasul-Nya dan Jihad fii sabiilillah.
4. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan diantara manusia, ada yang menjadikan dari selain Allah sebagai tandingan, mereka mencintainya seperti mencintai Allah. Dan orang-orang yang beriman sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah : 165)

Sudahkah hari ini kita ungkapkan kata cinta, terima kasih dan maaf pada orang-orang yang terdekat dengan kita? Kepada kedua orang tua kita, adik kita, kakak kita, nenek kita, kakek kita, suami kita, isteri kita, sahabat kita, teman-teman kita, dan bahkan kepada para karyawan dan pembantu kita. Banyak cara untuk mengungkapan cinta, terima kasih dan maaf, antara lain: kejujuran pengakuan, perhatian, hadiah, senyuman dan do’a. Sudahkah kata cinta, terima kasih dan mohon maaf terucap dari lisan kita yang tulus pada orang-orang di sekitar kita?. Ataukah sebaliknya, sungguh engkau manusia hidup dalam sebuah komunitas sosial bukan komunitas robot yang akan mengindentifkan kasih rasa sayang mu tanpa engkau tunjukan kasih sayang itu. 

Terutama dan paling utama, sudahkah rasa cinta, terima kasih dan mohon maaf atau ampun, kita lantunkan dari bibir ini untuk Sang Pemilik Jiwa kita? Allah Subhanallah Wa Ta’ala. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mencintai dan dicintai Allah, Ridla kepada-Nya dan diridlai oleh-Nya. Amiin.

Ukhibbu Fillah ya ukhti …….
Wallahu a’lam bish showwaab


Note:
Alhamdullah masih bisa merasakan nikmat islam dan iman.  Sungguh ..... sebuah nikmat menikmati bacaan bersama saudara seiman dalam blogg yang sekian lama baru dapat  saya kelola lagi. Menyikapi usulan seorang rekan ... kali ini saya mencoba mengkaji Mahabbatullah, cinta setia kita kepada sang khalik.
Walaupun tulisan ini diambil dari berbagai macam sumber, saya menyadari segala kekurangan yang saya miliki, untuk itu saya mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dan kesalahan di sana sini.

Kamis, 10 Februari 2011

Cinta & Perkawinan

Suatu hari Plato bertanya kepada Gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?"
Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas di depan sana. Berjalanlah kamu tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta."
Plato pun berjalan, dan tak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"
Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik). Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat ku melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru ku sadari bahwasanya ranting-ranting yang ku temukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatang pun pada akhirnya."
Gurunya kemudian menjawab, "Jadi, ya itulah cinta."


Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"
Gurunya pun menjawab, "Ada hutan yang subur di depan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan."
Plato pun menjawab, "Sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajahi hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya." Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan."


Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih.


Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan.. tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya. Perkawinan adalah kelanjutan dari cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya.


Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia-sialah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.


Note:
Dalam rangka ... mengenang 09 Februari setahun yang lalu ...

Merenungkan Kasih Sayang Allah ...


Ibnu Qudamah dalam salah satu karyanya berjudul At Tawwabin, menuturkan sebuah kisah menarik tentang kasih sayang dan pertolongan Tuhan. Ibnu Qudamah menyitir kesaksian orang yang mengalami kejadian nyata yang menakjubkan.Orang itu bernama Yusuf bin Husain. 

Dia menuturkan kisahnya: "Pernah suatu ketika aku bersama Dzun Nun Al Mishri berada di tepian sebuah anak sungai. Aku melihat seekor kalajengking besar di tempat itu. Tiba-tiba ada seekor katak muncul ke permukaan dan kalajengking itu kemudian naik di atas punggungnya. Kemudian sang katak itu berenang menyeberangi sungai.
Dzun Nun Al Mishri berkata, "Ada yang aneh dengan kalajengking itu, mari kita ikuti dia!"
Maka kami lantas menyeberangi mengikuti kalajengking yang digendong katak itu. Kami terperanjat ketika menjumpai seseorang tertidur di tepian sungai yang nampaknya habis mabuk. Dan di sampingnya ada seekor ular yang mulai menjalar dari pusar kemudian ke dadanya, kiranya ular tersebut hendak menggigit telinganya.
Kami lalu menyaksikan kejadian yang luar biasa. Kalajengking itu tiba-tiba melompat secepat kilat ke tubuh ular itu dan menyengat ular itu sejadi-jadinya, hingga sang ular menggeliat-geliat dan terkoyak-koyak tubuhnya.
 
Dzun Nun lalu membangunkan anak muda yang habis mabuk itu. Sesaat kemudian anak itu terjaga. Dzun Nun berkata, "Hai anak muda, lihatlah betapa besar kasih sayang Allah yang telah menyelamatkanmu. Lihatlah kalajengking yang diutus-Nya untuk membinasakan ular yang hendak membunuhmu!"
Lalu Dzun Nun menasehatinya,"Hai orang yang terlena, padahal Tuhan menjaga dari marabahaya yang merayap di kala gulita. Sungguh aneh, mata manusia sanggup terlelap meninggalkan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang melimpahinya berbagai nikmat."
Setelah itu, pemabuk itu berkata, "Duhai Tuhanku, betapa agung kasih sayang-Mu sekalipun terhadapku yang durhaka kepada-Mu. Jika demikian, bagaimana kasih sayang-Mu kepada orang yang taat kepada-Mu??"
Pemuda pemabuk itu lalu meniti jalan menuju Allah. Ia seringkali menangis setiap kali teringat masa lalunya yang sia-sia. Ia terus meniti jalan Allah yang lurus, jalan untuk orang-orang yang diberi nikmat sejati oleh Allah."

Kisah kalajengking yang diutus Allah sesungguhnya bisa terjadi kepada siapa saja dan kapan saja. Mungkin kita tidak menyadari, Allah telah mengutus "kalajengking" untuk menyelamatkan kita dari "ular" yang hendak membinasakan kita.

Kalajengking penyelamat itu bisa berbentuk hal yang bermacam-macam, dan ular yang hendak membinasakan kita juga bentuknya macam-macam. Bahaya itu bisa saja hutang yang menumpuk, yang sangat mengancam dan siap membinasakan. Terkadang orang yang memiliki hutang menumpuk malah terlena dan sama sekali tidak sadar kalau dia sedang dililit ular yang sangat besar. Persis seperti pemuda mabuk tadi. Atau ia sadar dililit ular besar dan pasrah sepenuhnya siap untuk binasa, sebab sudah tidak bisa berbuat apa-apa. 

Dalam kondisi kritis, berulang kali Allah menjaga hamba-Nya. Orang yang hutangnya menumpuk itu diberi jalan keluar oleh Allah. Berbagai macam cara Allah mengirimkan "kalajengking" penyelamat itu. Bisa jadi ada teman lama yang mendengar beritanya dan berkenan membantu menyelesaikan hutang-hutang tersebut. Bisa jadi Allah membuka peluang bisnis baru yang dengan itu ia bangkit lagi dan mampu menyelesaikan hutang-hutangnya. Ada bermacam-macam sebab tapi pada dasarnya Allah lah yang mengatur semuanya. 

Cobalah sejenak kita ingat-ingat sejarah hidup kita. Berapa kali sudah Allah mengirimkan "kalajengking" yang menyelamatkan hidup kita? Berapa kali sudah Allah menolong kita saat dalam kesusahan dan kesempitan mendera? Kalau kita jujur, pastilah berkali-kali. Bahkan kalau kita mau jujur, setiap saat Allah melindungi kita dalam perlindungan yang tidak kita sadari.

Pertolongan dan kasih sayang Allah di dunia ini tidak hanya untuk orang-orang yang taat saja. Tapi juga untuk mereka yang bermaksiat. Contohnya adalah pemuda pemabuk tadi. dia tetap diselamatkan oleh Allah. Semestinya kasih sayang Allah yang demikian itu mampu membuat siapapun insyaf dan terjaga. Yang sudah taat semakin taat kepada Allah. Karena ketaatan kepada Allah itu sendiri merupakan bentuk kasih sayang Allah. Dan bagi yang belum taat, semoga segera insaf bahwa ia masih hidup dan bisa bernafas di dunia ini karena dilindungi oleh Allah.

Semoga kisah di atas bisa menjadi sedikit perenungan dan pengingat kita tentang segala kasih sayang Allah kepada kita. dan membuat kita semakin bersyukur dan taat kepada-Nya. insyaAllah....amin....

(Sumber : Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dengan sedikit tambahan dari millis sebelah ... )