Kamis, 02 September 2010

Kado Ulang Tahun

Kadang aku berpikir..
Mengapa Kau dan aku
Tak pernah bertemu pada satu ujung jalan
Adakah karena aku berlari
Ke arah yang salah

Atau memang jalan ini masih terlalu panjang
Untuk kutemui sebuah ujung
Bukan kejenakaan kebandelanku
Ketika aku mencoba berlari
Dari kasihmu dari rencanamu dari cintamu
Dari rindumu

Tapi rasa penasaran
Telah membawa aku
Pada kelokan bercabang
Bermuara
Pada ujung
Yang tak kelihatan

Mungkin sebenarnya tak perlu kutanyakan
Mungkin juga tak perlu kau jawab
Karena di dasar jiwaku
Masih ada suaramu memanggil

Hanya aku
Menunggu kulminasi
Dari lelahnya perjalanan
Ingin bertemu kau lagi,
Entah kapan ...

Banyak ... bahkan teramat banyak kisah serta kejadian dalam kehidupanku yang sangat menarik untuk dijadikan tema tulisan buat Anda.  Namun dari sekian banyak kisah dan kejadian, ada satu hal yang paling menggoda untuk ku jadikan tema.  Karena sebulan belakangan hal itu seolah selalu mencubiti urat-urat syaraf di otakku sehingga membuat aku selalu dan terus tergugah untuk memikirkannya yaitu sebuah KADO ULANG TAHUN.  Bukan memikirkan kado apa yang akan ku dapat saat ulang tahunku di bulan Oktober mendatang.  Melainkan apa yang tepat untuk kuberikan sebagai kado di ulang tahunnya nanti.  Mohon maaf, Karena satu dan lain hal aku tidak akan memaparkan indentitas dirinya kepada Anda disini.  Walaupun aku yakin beberapa dari Anda mampu menebak dengan pasti siapakah gerangan – dia – bahkan mungkin Andalah – dia – yang aku maksud ...

 “Dia” walaupun terlalu terlambat buat aku sadari, adalah termasuk salah seorang yang istimewa dalam kehidupanku. Karena rupanya “dia” telah begitu lama bersemayam dalam satu ruang di relung hatiku. Centang perentang waktu telah membuktikan bahwa tidak ada seorangpun yang mampu membuatnya pergi ... bahkan setelah sekian tahun berganti.

Bila pada Anda kesempatan hanya datang satu kali, tidak demikian halnya buatku dan “dia”.  Kesempatan itu selalu datang, datang dan datang lagi.  Bila rasa cinta dan kasih sayang diantara dua insan lekang di telan waktu, namun diantara aku dan “dia” rasa itu justru semakin kuat seiring waktu berlalu.  Bila masalah mampu memisahkan dua insan yang telah disatukan, justru masalahlah yang membuat aku dan “dia” seolah enggan terpisahkan ... bahkan setelah sekian tahun berganti.        

Sebuah teori mengatakan,  usia 40 adalah masa dimana seseorang mengalami puber kedua, masa dimana seseorang mengalami perpindahaan tahapan dari dewasa menjadi tua,  masa  yang boleh dibilang banyak orang mengalaminya. Pada masa ini, sering kali pula seseorang terjebak dalam percintaan semu.  Semukah? Bahkan setelah sekian tahun berganti ... aku baru menyadari bahwa sesungguhnya namaku begitu indah tatkala “dia” yang menyebutnya?

Lukaku  pasca perceraian mungkin tidak akan sembuh secepat ini tanpa keberadaan “dia” yang setia melingkupi kehidupanku. “Dia” lah  yang selalu ada dan memberikan semangat serta perhatian kepadaku di saat menjalani hari-hari berat pasca perceraianku.  Bahkan etelah sekian tahun berganti ... dan itu terjadi lagi padaku ... “Dia” masih juga berkenan melingkupi kehidupanku dengan memberikan semangat dan perhatian yang tulus kepadaku.

Aku dan “dia” hanyalah wayang yang melakoni peran sesuai dengan kehendak Sang Dalang.  Oleh karenanya jangan tanyakan mengapa aku dan “dia” tidak berujung pada satu jalan? Jangan tanyakan mengapa aku kemudian seolah memilih untuk berlari dari kasih ... dari rencana ... dari cinta ... dari rindu ... yang “dia” miliki? Mungkin memang seharusnya tidak perlu dipertanyakan dan tidak perlu pula ada jawaban.  Karena hingga kini - bahkan setelah sekian tahun berganti - kasih ... rencana .. cinta ... dan rindu untukku masih terus “dia” pertahankan.

Namun ketika aku merasa inilah titik kuliminasi dari lelahnya perjalanan panjang kehidupanku, dan bertemu “dia” lagi.  Haruskah aku benar-benar memilih untuk berlari dan melakoni kembali perjalanan panjang kisah hidupku yang entah kapan mencapai ujung – sendiri- ?  Karena ternyata “dia”... bahkan setelah sekian tahun berganti ... masih tetap ada yang memiliki.

Seharusnya aku tak menunggu jawabnya ... karena seharusnya memang tidak perlu pula ada sebuah tanya. 


Kahlil Gibran:
Sesuatu yang telah diberikan, kita pikir itu MILIK kita
Sesuatu yang telah didapatkan, kita pikir itu MILIK kita
Sesuatu yang diperoleh, kita pikir itu adalah MILIK kita
Semua MILIK kita, PUNYA kita dan menjadi HAK kita

Tanpa kita sadari begitu terpisah darinya
Bagitu sakit rasanya
Begitu dalam penderitaaannya
Begitu besar kehilangannnya
Begitu dalam jurang kesedihannnya

Ia datang tanpa diundang
Ia pun pergi tanpa berbekas
Ia yang datand dan pergi semua bukan milik kita
Dan tidak perlu kita menderita karena melekatinya

Selagi bersama, berbahagialah
Selagi memiliki, hargailah
Selagi ada, rasakanlah

Sewaktu berpisah, kenanglah
Sewaktu pergi, relakanlah
Sewaktu kehilangan, lepaskanlah

Saat jodoh telah berakhir, relakanlah, lepaskanlah
Setiap orang terlahir di dunia ini dengan tangan kosong
Ketika perannya berakhir, sampai disanalah skenario kehidupannya

Note:
Alhamdulillah kita masih bisa melampaui tahun kesekian untuk bisa  “mensyukuri” bersama ulang tahunmu.



“Selamat Ulang Tahun” 
Terima kasih
Karena kau selalu ada untukku ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar