Senin, 17 Mei 2010

MENJAGA KOMITMEN PERNIKAHAN


PERNIKAHAN hakekatnya adalah sebuah ikatan emosional antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dilandasi dengan rasa percaya, cinta kasih, saling menghormati dan pengertian mereka membangun komitmen bersama, untuk membina sebuah hubungan yang lebih serius didalam biduk rumah tangga. Pernikahan adalah komitmen dari sepasang insan untuk saling menyesuaikan diri secara terus-menerus.

Sejujurnya … pernikahan tidak lah selalu seindah kebun bunga,  tetapi  tidak juga seburuk yang di khawatirkan oleh sebagian orang. Pernikahan adalah awal dari realita kehidupan. Menyatukan dua individu yang berbeda tidaklah mudah dan membutuhkan pengorbanan yang sangat besar.  Boleh jadi pernikahan menjadi tempat mewujudkan impian yang pernah di angan kan berdua. Sekalipun pada kenyataannya tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Namun kita harus tetap menyikapinya dengan bijak.

Tidak ada pernikahan yang tanpa masalah, karena pernikahan di bangun diatas perbedaan. Namun jadikan masalah sebagai usaha untuk memperbaiki hubungan tersebut agar menjadi lebih baik. Jika ada cinta maka masalah dan perbedaan itu tidak akan merenggangkan, justru akan semakin menguatkan.  Bukankah cinta itu kuat seperti maut?

Ketika kita membangun sebuah komitmen bersama belahan jiwa, sebaiknya sediakan sebuah ruang yang bisa kita pakai bersama dengan menanggalkan semua keegoisan diri. Di butuhkan saling pengertian dan komunikasi agar  dapat menyelaraskan visi bersama. Keterampilan menyelesaikan masalah akan semakin memperkuat hubungan suami-istri.

Belahan jiwa (soul mate), seseorang yang menjadi teman dalam kehidupan kita. Seorang suami atau istri. Orang yang kita pilih ketika kita berkomitmen untuk membina sebuah rumah tangga. Orang yang kita cintai yang menjadi belahan jiwa, yang padanya kita curahkan segala kasih sayang dan cinta.

Seorang istri tidak mungkin mendapatkan suami yang gagah perkasa, mulia, dermawan,berilmu luas, banyak sedekah, pandai mengendalikan amarah dan segudang sifat - sifat positif lainnya. Seorang suami juga tidak mungkin mendapatkan seorang istri yang cantik, pandai menyenangkan suami, cekatan, pintar dan segudang kelebihan lainnya. Masing - masing pasti memiliki kekurangan. Rasulullah menasehati kita dalam menyikapi kekurangan yang ada pada pasangan, ” Hendaklah seorang suami mukmin tidak meninggalkan seorang istri mukminah. Kalau dia membenci suatu perangai pada istrinya, dia pasti menyukai perangai yang lain. ” (HR. Muslim). Jelas di balik kekurangan yang dimiliki pasangan kita, bisa jadi ada banyak kelebihan yang lain yang dapat meyenangkan hati. Dalam Al Qur’an ALLAH juga mengingatkan, “Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah, boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal ALLAH menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Q.S Annisa : 19).

Dalam ikatan pernikahan suami adalah pakaian bagi istrinya demikian juga sebaliknya. Masing - masing harus mampu menutupi aib pasangannya. Menyikapi kekurangan yang ada pada pasangan kita dengan lebih bijaksana. Menutupi kekurangan nya dengan kelebihan yang kita punya dan begitu juga sebaliknya. Namun bukan berarti tidak ada tindak lanjut dalam usaha memperbaiki diri. Harus ada usaha berupa lisan maupun perbuatan yang dilakukan dalam rangka perbaikan tersebut. Tentunya semua itu dilakukan dengan penuh keihlasan dan rasa cinta. Tanpa melupakan satu hal bahwa bisa jadi pasangan kita memiliki kelebihan yang mungkin tidak kita miliki, sehingga dalam saling menasehati tidak terkesan menggurui dan sok tau. Semua di lakukan dalam rangka meningkatkan ilmu dan menggapai ridhoNYA.

Selain ikhlas dalam menasehati tentunya harus ada juga keihlasan dalam menerima nasehat. Melunakan hati ketika menerima nasehat menjadikan hati lebih ikhlas.  Semua itu tentunya harus dilakukan dengan melihat kondisi pasangan kita sekaligus memilih metode yang tepat dengan sifat pasangan. Bukankah semua itu kita lakukan demi menjaga keutuhan dan keharmonisan dalam rumah tangga ?

Menasehati pasangan sebaiknya dengan “Bil Hikmah wa mau’idzhatul hasanah” dengan hikmah dan teladan yang baik. Seperti yang juga telah di ingatkan ALLAH dalam firmanNya ” …….Nasehat menasehati dalam kebenaran, nasehat menasehati dengan kesabaran.” (QS. Al - Ashr: 3).

Orang bijak mengatakan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dalam hidup adalah perubahan. Oleh karena itu, anggaplah pernikahan sebagai salah satu dari perubahan tersebut. Memang sedikit mengejutkan di awal, tapi tentu seiring dengan berjalannya waktu dan usaha beradaptasi yang Anda kerahkan, jalan perahu rumah tangga Anda akan menjadi semakin halus dan tenang.



Ku dedikasikan tulisan ini untuk:
·         belahan jiwaku (masihkah?) : untuk kita renungkan kembali …
·         handai taulan
·         sahabat
·         teman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar