Senja
menjelang malam di warung kopi modern sebuah tempat belanja di kota saia. Warung
kopi yang termasuk kecil di banding nama warung kopi ini sendiri. Nama yang mengusung sebuah sungai di kota jawa
tengah yang konon airnya mengalir sampai jauh. Nuansanya yang sederhana,
keramahan para baristanya … dan pengunjungnya yang santun membuat saia betah
duduk berlama-lama di warung kopi ini.
Pojok
sebelah kiri, disitulah posisi sofa kebesaran saia. Kebesaran dalam arti kata sesungguhnya. Karena sofa itu memang dibuat dan disediakan
untuk bisa diduduki oleh minimum dua orang.
Sementara saia setiap ke warung kopi itu - selama ini - selalu
sendirian. Pernah juga sekali waktu sofa kebesaran saia itu terasa sesak,
ketika dulu saia ke warung kopi ini dengan seseorang. Seorang teman biasa yang
nyatanya mampu membuat perasaan saia mengalir sampai jauh mendengarkan melodi
cerita kekalahannya. Manakala masa indah
rumah tangganya harus terhapus tak berarti. Menjadi teman yang tidak biasa, ketika
untuk pertama kalinya dalam kehidupan saia sekarang … saia menemani seseorang
mendengarkan jam dinding berdetak 12 kali di kamar kosong yang tanpa lampu.
Faktanya
lagi, bukan karena sofanya yang jadi alasan saia memilih pojokan warung kopi itu
sebagai tempat favorite. Tapi karena selama
saia nongkrong di sana, biasanya saia harus men-charge nett book dan hand phone
saia. Nah, di pojokan itulah si stop kontak bersemayam dengan indahnya. Hahahahahaha ….
Maklum,
walaupun warung kopi ini saia khususkan sebagai tempat mengalirkan semua kepenatan
saia sampai jauh (sesuai dengan namanya).
Toh otak dan jari jemari ini selalu saja kompak menari-nari di atas
gadget. Entah itu sekedar goggling atau menuangkan ide tulisan saia yang sering
tetiba datang.
Senja
jelang malam kali ini di sofa kebesaran saia hanya berteman segelas …
Membuat
saia leluasa memperhatikan suasana warung kopi modern ini yang ternyata cukup
ramai. Di meja sebelah kiri saia ada
seorang gadis kecil yang sibuk mengerjakan tugas sekolahnya. Di smoking area ada bapak yang nampaknya
sedang menunggu seseorang. Di meja
depannya duduk beberapa orang seperti sedang meeting. Persis di meja sebelah kanan saia, duduk
seorang pria yang rupanya sedari tadi diam-diam mencuri pandang kearah saia.
Tinimbang merasa jengah, iseng saiapun timbul.
Saia
: mas … mas mau saia laporkan ke polisi …
Sontak
pria itu bukan hanya sekedar bengong tapi juga kaget mendengar ucapan
saia. Raut
Sembari
menyeruput kopi santai saia menjawab, “dari tadi … situ kan curi-curi pandang
ke saia … mencuri itu bisa di tuntut hukuman pidana lhooh mas …”
Tawa
pria itu langsung pecah membahana, membuat orang-orang reflex menengok ke
arahnya.
Kalaupun
kemudian kami terlibat pembicaraan, itu tidak mengalir sampai jauh. Karena
sebelum jam dinding berdetak 12 kali, saia sudah harus berada di kamar saia. Waktunya
berubah dari seorang wanita pekerja menjadi seorang ibu yang mengantarkan sang anak
menjemput seribu mimpinya.
Dedicated
to:
RL/13L yg terjadi ya terjadi saja sudah ... biarkan mengalir sampai jauh
sudut kosong itu seperti bulir hujan di kala banjir...
BalasHapustanpa arti..
tanpa makna..
entah ketololan macam apa hingga dia terasa sangat bermakna..
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Hapus