Rabu, 02 April 2014

Kenangan Itu Biarkan Mengalir Sampai Jauh

Senja menjelang malam di warung kopi modern sebuah tempat belanja di kota saia. Warung kopi yang termasuk kecil di banding nama warung kopi ini sendiri.  Nama yang mengusung sebuah sungai di kota jawa tengah yang konon airnya mengalir sampai jauh. Nuansanya yang sederhana, keramahan para baristanya … dan pengunjungnya yang santun membuat saia betah duduk berlama-lama di warung kopi ini.

Pojok sebelah kiri, disitulah posisi sofa kebesaran saia.  Kebesaran dalam arti kata sesungguhnya.  Karena sofa itu memang dibuat dan disediakan untuk bisa diduduki oleh minimum dua orang.  Sementara saia setiap ke warung kopi itu - selama ini - selalu sendirian. Pernah juga sekali waktu sofa kebesaran saia itu terasa sesak, ketika dulu saia ke warung kopi ini dengan seseorang. Seorang teman biasa yang nyatanya mampu membuat perasaan saia mengalir sampai jauh mendengarkan melodi cerita kekalahannya.  Manakala masa indah rumah tangganya harus terhapus tak berarti. Menjadi teman yang tidak biasa, ketika untuk pertama kalinya dalam kehidupan saia sekarang … saia menemani seseorang mendengarkan jam dinding berdetak 12 kali di kamar kosong yang tanpa lampu.        

Faktanya lagi, bukan karena sofanya yang jadi alasan saia memilih pojokan warung kopi itu sebagai tempat favorite.  Tapi karena selama saia nongkrong di sana, biasanya saia harus men-charge nett book dan hand phone saia. Nah, di pojokan itulah si stop kontak bersemayam dengan indahnya.  Hahahahahaha ….
Maklum, walaupun warung kopi ini saia khususkan sebagai tempat mengalirkan semua kepenatan saia sampai jauh (sesuai dengan namanya).  Toh otak dan jari jemari ini selalu saja kompak menari-nari di atas gadget. Entah itu sekedar goggling atau menuangkan ide tulisan saia yang sering tetiba datang.

Senja jelang malam kali ini di sofa kebesaran saia hanya berteman segelas …
Membuat saia leluasa memperhatikan suasana warung kopi modern ini yang ternyata cukup ramai.  Di meja sebelah kiri saia ada seorang gadis kecil yang sibuk mengerjakan tugas sekolahnya.  Di smoking area ada bapak yang nampaknya sedang menunggu seseorang.  Di meja depannya duduk beberapa orang seperti sedang meeting.  Persis di meja sebelah kanan saia, duduk seorang pria yang rupanya sedari tadi diam-diam mencuri pandang kearah saia. Tinimbang merasa jengah, iseng saiapun timbul.

Saia : mas … mas mau saia laporkan ke polisi …
Sontak pria itu bukan hanya sekedar bengong tapi juga kaget mendengar ucapan saia.  Raut
wajahnya tegang dan memerah, lalu dengan nada heran dia bertanya, “memang saia salah apa mbak …???”
Sembari menyeruput kopi santai saia menjawab, “dari tadi … situ kan curi-curi pandang ke saia … mencuri itu bisa di tuntut hukuman pidana lhooh mas …”
Tawa pria itu langsung pecah membahana, membuat orang-orang reflex menengok ke arahnya. 

Kalaupun kemudian kami terlibat pembicaraan, itu tidak mengalir sampai jauh. Karena sebelum jam dinding berdetak 12 kali, saia sudah harus berada di kamar saia. Waktunya berubah dari seorang wanita pekerja menjadi seorang ibu yang mengantarkan sang anak menjemput seribu mimpinya.

Dedicated to:
RL/13L yg terjadi ya terjadi saja sudah ... biarkan mengalir sampai jauh   

    

2 komentar:

  1. sudut kosong itu seperti bulir hujan di kala banjir...
    tanpa arti..
    tanpa makna..
    entah ketololan macam apa hingga dia terasa sangat bermakna..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus