Kamis, 12 Januari 2012

Jadi Masinis


Raihan itu maniak banget sama kereta! Kalo di ibaratkan sakit kanker ... udah stadium lanjut.  Contohnya hari ini sepulang dari Cilandak, saya dan Raihan milih naek commuter line.  Padahal biasanya dia minta naik taksi. Jadilah kami berdua dari jalan raya Cilandak KKO naik angkot ke stasiun Pasar Minggu.  Rupanya commuter line tujuan Bogor senja itu baru akan tiba pukul 18.20 bbwi.  Sementara waktu masih menunjukkan pukul 17.50 bbwi, masih 30 menit lagi.  Aku tidak khawatir bahwa Raihan akan jenuh menunggu sedemikian lama.  Karena dia pasti akan tenggelam dengan keasyikannya memperhatikan kereta yang datang dan pergi di stasiun. 

Akupun lalu mengajaknya duduk di salah satu penjaja gorengan yang memang banyak berjajar di peron stasiun.  Penjaja gorengan ini hanya boleh berjualan di peron stasiun ketika hari mulai menjelang sore. Langsung kupilih lontong isi oncom dan bakwan, disiram sambal kacang.  Lumayan nendang untuk sekedar mengganjal perut yang memang belum diisi sedari siang.
Kutunggu reaksi Raihan, karena baru kali ini dia aku ajak “nongkrong” di penjaja  makanan kami lima.  Tanpa canggung di comotnya risol isi bihun, dua sekaligus.  Hahaha ... bagus nak! Kamu harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dalam kondisi seperti apapun.

Selanjutnya ... seperti dugaanku sejak awal ... Raihan terlihat asik memperhatikan kereta yang datang dan pergi di stasiun ini sembari menikmati risol isi bihun.

Pukul 17.45 aku segera membayar jajanan yang kami makan. Tak lama commuter line tujuan Bogor yang akan kami tumpangipun tiba.  Walau kami tidak dapat tempat duduk, tapi kondisi di dalam gerbong cukup lengang.  Namun karena hari sudah malam, Raihan tidak dapat menikmati pemandangan dengan leluasa di sepanjang perjalanan. Raihanpun memilih duduk lesehan di lantai kereta seperti banyak penumpang lainnya.

Turun di stasiun Depok Baru kami sengaja duduk di peron untuk melihat keberangkatan kereta yang barusan kami tumpangi.  Namun tak seberapa lama berselang, datang commuter line yang hanya sampai stasiun Depok Lama untuk kembali lagi ke Kota.  Raihan memandangku dengan pandangan penuh harap.  Aku paham apa yang di inginkannya.  Akhirnya kami naik commuter line tersebut sampai stasiun Depok Lama.  Dan dengan commuter line yang sama kemudian ikut lagi hanya sampai stasiun Depok Baru.

Karena sudah malam, penumpang hanya beberapa gelintir saja yang masih melakukan perjalanan.  Kami berdua naik di gerbong paling depan.  Di perjalanan aku mendapat ide.  Ku ketuk pintu cabin masinis.

“Ya bu ...” sapa masinis heran
“Ini anak saya pak. Dia bercita-cita jadi masinis.” Jelasku
“Boleh ya pak ... ikut di cabin masinis?” tanyaku berharap sedikit cemas
“Oooooh ... ayo dek ... mari ... mari ...” ajak bapak masinis baik hati itu ke Raihan
  
Akhirnya malam itu, jadilah Raihan masinis termuda dan terganteng (tentunya) yang pernah ada. Walau hanya dari stasiun Depok Lama ke stasiun Depok Baru, cukuplah membuat hati Raihan bahagia alang kepalang.  Sayang moment ini tidak ku abadikan, tapi aku yakin akan terabadikan dalam memory hidup  Raihan hingga tua nanti.