Kamis, 14 Oktober 2010

Hadiah “Kontrak” Yang Tak Terlupakan ...

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Ulang Tahun
adalah hari kelahiran seseorang, menandai hari dimulainya kehidupan di luar rahim. Dalam beberapa kebudayaan, merupakan suatu kebiasaan untuk merayakan peringatan ulang tahun seseorang, contohnya dengan mengadakan pesta ulang tahun dengan keluarga dan/atau temanHadiah sering diberikan pada orang yang merayakan ulang tahun. Juga merupakan suatu kebiasaan untuk memperlakukan seseorang secara istimewa pada hari ulangtahunnya.

Banyak orang menjadikan moment kelahiran sebagai ritual untuk merenung, menilai apa yang telah dilakukan, apa yang belum diraih dan apa yang ingin diraih di hari esok. Demikian juga dengan saya.  Padahal sesungguhnya, perhitungan tentang segala amalan dan pencapain dalam hidup ini tidak perlu menunggu sampai hari ulang tahun. Bukankah ajal ketika datang menjemput juga tidak menunggu setelah kita melakukan perenungan di hari ulang tahun? Jadi ... akan lebih baik jika kita tidak perlu menunggu saat-saat bersejarah untuk menimbang amalan, karena maut bisa merenggut tanpa sempat kita berhitung dan berencana untuk mengganti amalan yang buruk dengan kebajikan.

Mudah-mudahan merupakan sesuatu yang bijaksana kalau saya lantas memutuskan untuk merubah makna ulang tahun itu sendiri ... setidaknya dimata saya.  Ulang tahun berarti bahwa kontrak saya di dunia ini berkurang – lagi - satu tahun, dan saya semakin dekat dengan kematian serta semakin banyak pula tanggung jawab yang menuntut saya untuk segera menyelesaikannya. 

Dan ketika hari ini (14 Oktober 2010) kontrak saya berkurang – lagi – satu tahun di dunia ini, tidak salah jika kemudian saya berucap : “Inna lillahi wainna ilaihi roji’un” (sesungguhnya semua yang berasal dari Allah akan kembali kepada Allah).  Namun dibalik rasa miris yang melanda, tak pelak ... rasa syukur membumbung tinggi jua kepada Yang Maha Perkasa.  Karena dalam perjalanan waktu ... di usia yang terus berkurang, dibalik selaksa peristiwa yang melanda bahtera akhir-akhir ini, ternyata begitu banyak hidayah yang diberikan oleh Sang Maha Pengasih kepada saya.  Hidayah yang (Insya Allah) semakin memantapkan keimanan saya kepada Dia Yang Maha Pemberi Hidup.

Mohon maaf ... saya memang bukan pemeluk Islam yang fanatik, tapi mudah-mudahan ini bukan termasuk bid’ah, karena saya tidak berniat menjadikannya sebuah kebiasaan.  Bicara tentang hidayah memang tidak ada hubungannya dengan doa-doa panjang umur dan hadiah yang biasa diberikan kepada saya dari orang-orang yang menyayangi saya.  Namun demikian ... melalui tulisan ini saya merasa amat sangat perlu untuk menghargai mereka yang telah memperlakukan saya secara istimewa pada hari dimana kontrak saya di dunia ini berkurang – lagi – satu tahun. 

Sepanjang kontrak hidup saya yang telah mencapai 41 tahun ini banyak ... bahkan teramat banyak hadiah yang telah saya terima dari orang tua, keluarga, kerabat, handai taulan, belahan jiwa, kekasih, sahabat dan rekan sejawat. Salah satu hadiah terbesar yang pernah ada dalam hidup saya adalah dilahirkan dalam keluarga Islam dan mendapat pemahaman dasar tentang agama yang lebih dari cukup.  Agama yang hingga kini terus saya peluk dan Insya Allah sampai akhir menutup mata. Semoga demikian pula dengan anak-anak dan keturunan saya setelahnya.  Amiiiiin Ya Robbal Allamin ... 

Segerombol bunga mawar adalah hadiah yang ... menurut saya sebuah romantisme sejati seorang pria yang pernah menjadi belahan jiwa saya dimasa yang telah lampau. Karena belahan jiwa saya dimasa sekarang (bisa dibilang) adalah seorang yang cenderung agamis.  Sehingga selalu saja harus saya ingatkan ... bahwa 14 Oktober adalah hari dimana  kontrak saya di dunia ini berkurang – lagi – satu tahun.  Namun demikian .. walau tak sebesar rasa kasihnya kepada sang Ibu ... saya yakin belahan jiwa saya ini masih menyimpan rasa cinta kasih yang mendalam buat saya dan buah hati kami.

Pernah pula disuatu ketika seorang sahabat menghadiahkan “warna biru” di hari kontrak saya di dunia ini berkurang – lagi – satu tahun. Mulai dari mobil, kemeja, kaos dalam, dasi bahkan (maaf) underwear yang dikenakannya pun berwarna biru.  Karena kebetulan saya adalah penyuka warna biru (selain hijau dan coklat).  Usaha yang  patut mendapatkan penghargaan ... secara ... menurut pengakukan sahabat saya itu dia sendiri saja hampir tidak pernah  merayakan hari kontraknya di dunia ini berkurang – lagi – satu tahun.  Karena kontraknya berkurang 4 tahun sekali alias tanggal lahirnya adalah 29 Februari.

Di masa dahulu ... ketika saya mulai mengalami “roman picisan”, ada seorang pria yang tidak pernah absen memberikan saya hadiah dan kartu ucapan di hari dimana  kontrak saya di dunia ini berkurang – lagi – satu tahun.  Memang bukan sesuatu yang wah. Hanya hadiah sederhana dan kartu ucapan sederhana.  Kartu ucapan buatan tangan berhiaskan bunga dengan rupa yang sangat sederhana pula. Kalau Anda tak pernah melihatnya  namun pernah mendengar tentang bunga ini,  Anda akan terkejut betapa rupanya begitu jauh dibandingkan artinya. Bunga yang sederhana, dengan filosofi melebihi syair para pujangga yang bangga melafalkannya. Bunga yang sederhana dengan filosofi seluas langit. Anaphalis Javanica atau yang sering disebut-sebut sebagai edelweiss si bunga abadi ... 
Kalaupun kemudian pria “roman picisan” saya itu – kini - menanamkan keabadian cintanya kepada wanita yang (ternyata ... ) bukan saya. Itu adalah karena takdir semata. Tetapi paling tidak, hari dimana  kontrak saya di dunia ini berkurang – lagi – satu tahun, selalu dan terus abadi dalam memory hidupnya.  Seabadi edelweiss si bunga perlambang cinta (?) ... Walaupun baginya itu hanya sebuah basa basi kehidupan tanpa makna ...

“BUKAN MASALAH PANJANGNYA UMUR, TETAPI MASALAH MEMBERI MAKNA DALAM TIAP HARI KEHIDUPAN”

Subhanallahu wabihamdih!

Terima kasih yang tak terhingga untuk:
·       Kedua orang tua saya yang telah meneken kontrak hidup saya dengan Sang Maha Pencipta
·       Anak-anak tercinta {(alm.) Rifda Ayu Aji, Rahmat Sukma Maulana,Tia Puspita Sari dan Raihan Abipraya } kalian adalah matahari-matahari ibu
·       Kakak2, adik2, keponakan2 dan cucu2 yang tidak pernah bosan mendukung dan selalu ada untuk saya  ... dalam kondisi apapun
·       Ayahnya anak-anak, mohon maaf untuk segala kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki
·       Pria “roman picisan” saya, semoga Allah selalu melingkupinya dengan kebahagiaan dan cinta kasih.
·       Para sahabat tercinta yang selalu menyulut semangat hidup saya
·       Handai taulan dan kerabat tersayang
·       Rekan sejawat terkasih terima kasih buat doa dan ucapannya ...
I love you all ...